Puisi-puisi Ravan Ghautsi Faraja

Kiamat dalam Hati

Alam semesta telah tumpah deras
Di atas telingaku yang muak, penuh amarah

Bumi, bulan, mentari, jatuh terpecah belah
Tercecer di atas mataku yang rabun dan berkabut

Bintang-bintang turun bagai hujan
Membasahi rambut dan ubanku

Tanah, batu, air, api, tumbuh subur
Pada punggung dan belikatku

Hewan-hewan berlarian kencang
Menggaruk sela-sela jemariku

Semua ini
Bagaikan kiamat
yang berdebar kencang di depan jantungku

 

Buta

Lampu jalanan di malam hari, menerangi aspal gelap
Setiap tetesan hujan yang turun saat itu kan terlihat

Lampu kamar di malam hari, menerangi ruang gelap
Namun, setiap tetesan air matamu tak akan pernah terlihat

Apakah Aku sudah terlalu banyak berhalusinasi?
Ataukah Aku buta tidak dapat melihat wajahmu bermain hujan?

 

Apakah Kau Ada?

Bayanganmu memeluk tubuhku yang kedinginan di malam Senin
Tapi ku ingat bahwa lawan cahaya bukanlah kegelapan

Kaulah bayangan yang gelap
Sepertinya kau sebenarnya tiada
Kau hanya tubuh yang kehilangan cahaya

Apakah kau ada?

 

Pesta Sunyi

Kau tak datang ke acara pesta ulang tahunku kali ini
Akhirnya kurayakan ulang tahunku bersama bayanganku sendiri
Ditemani api lilin dan kue manis, pesta yang hampa menjadi bermakna
Namun tetap saja, tiada ulang tahun tanpamu.
Kutunggu engkau di ulang tahun berikutnya.