PELUKAN
: episode satu
meski pelukan ini singkat
namun, kenangannya tidak sesaat
karena nyatanya pelukan itu sederhana
mencipta laju erat
dari orang kasih terdekat
yang selalu melekat
#2022
PELUKAN
: episode dua
Ada pelukan yang meronta
pilu tak perlu dikenang
Semua tumbuh dalam serenata
bersemayam pesan panjang
Merekah hingga tua
pelukan di ujung waktu
; dan kita hanyalah jiwa yang diberi akal
tak terhenti namun harus kembali kelak
#2022
MEMBASUH DOA
Ada ruang hakikat
dengan kehidupan mendekat
Mengunjungi masa dan tempat
Sejumput sumbu imajiner terikat
Ada waktu setara
Selalu saja penuh cara
Menemukan adiluhung aksara
Seluas hamparan gurun kembara
Berseru sekeras mungkin, menghantam !
Tak perlu membebani dengan harapan manikam
Biarkan membasuh doa bersama hasrat yang terpendam
Hinggap mengisi sekelumit syukur tak padam
#2022
BULAN BERKISAH
Bulan, menembus
berkisah
semula diam
lalu menyapa
menjemput pada masa
seakan berkelana
memahat keajaiban
adalah yang terkata
Banyak sinar menepuk
namun tersesat dalam kenangan
meski tak rapi
bolehkah dipetik sebagai kisah ?
cukuplah keadaan ini
menjelma pada sebuah kereta
sebagai nasehat baik untuk pesunyi
#2022
DAN AKU TETAP MENULIS SYAIR
Aku menulis syair
bukan karena mencintai syair
tapi rintihan kebenaranlah membawaku
lewat syair hamba mengucapkan keyakinan
menggiring titah kebenaran
meluluhlantakkan ketidakadilan
dan aku pun di dalam batu kebijaksanaan
meski kadang terperangkap, menganga tak berkutik
dan syair melabuhkanku
dipapas sinar sunyi senyap
perlahan menerangi keikhlasan
dan dihadang ketulusan
…..menghampar sejauh melempar syair
begitu adanya !
pada sudut berbeda…..menyatu dan tinggal,
terjaga di penghujung sebuah titik
riuh oleh waktu yang menyatu
atau lekuk sesal yang tertinggal
…..dan aku tetap menulis syair
#2021
KATA YANG SEDANG DIRANGKAI
senampan harum kamboja
ranum pesan melanda
yang bertaut ranting makna
getaran putik tercipta
dengarlah, relungan asa
beradu penuh mekar bahagia
taburlah, lukisan kata
bersemai hatur alu pesona
rauplah, tuturan aksara
berkelana candu ladang cahaya
#2021
AKU, KAU DAN SULUK SAJAK
aku putih, pada cahaya sajakmu
kau putih, pada nyawa sajakku
tapi kita selalu bersama dalam lembaran aksara
segala liku pelik, di lintas kata
lembaran seraya berkata
“teruntuk denyut putih, merekam ribuan suluk sajak”
#2021
MENGAYUH HURUF – HURUF DINGIN
Puisiku terus bermain,
bersama huruf – huruf dingin
seperti menganyuh sampan
kutarik lurus sebuah perjalanan
Huruf – huruf dingin
hanyut menari dengan doa
bergerak lugas
ke otakku
Huruf – huruf dingin
menyelinap tenang bersama damai
berharap balas
di kepalaku
Bersama puisi segalanya merekah
bertumbuh selaras kisah
perjalanan menuju ke rumah
dan kutemukan sisi doa
serta damai yang menengadah
Entah, berapa jauh akan mengayuh ….!
#2021
Sultan Musa berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Seperti Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), “La Antologia De Poesia Cultural Argentina – Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia (2021). Antologi Puisi “Cakerawala Islam” MAIK – Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan –Malaysia (2022). Festival Sastra Internasional Gunung Bintan ( 2019, 2020.2021.2022). Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Karya tunggalnya bertajuk “TITIK KOMA” (2021) masuk nominasi Buku Puisi Unggulan versi Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Adapun IG : @sultanmusa97
Leave a Reply